Kegiatan
masyarakat Batak di dalam tatanan adat dan budaya adalah benar-benar bagian dari hidup dan kehidupan mereka. Kegiatan tersebut
dilakukan dengan tetap memikirkan dan berlandaskan pada kelayakan dalam
kewajaran yang berpedoman pada adat dan kebiasaan masyarakat. Kegiatan tersebut (tradisi dan upacara
adat) di dalam kehidupan masyarakat Batak dianggap memiliki makna dan diyakini
oleh mereka yang melakukannya. Dari sekian banyak kegiatan upacara dan acara
adat Batak, yang masih sering dilaksanakan ialah manulangi
(menyuapi atau memberi makan). Upacara manulangi ini dapat terjadi dalam
beberapa konteks peristiwa. Misalnya, seorang wanita yang hamil untuk pertama
kali. Contoh lainnya ketika seorang wanita sudah lama tidak melahirkan satu
anak pun, pergi beserta suami dan para kerabat ke rumah orangtuanya untuk manulangi
dengan tujuan supaya ia diberkati dan melahirkan anak. Upacara adat manulangi ini juga dapat
dilakukan kepada seorang ayah atau ibu yang sudah tua (manulangi natua-tua)
untuk memohon atau meminta berkat darinya.
Pertama-tama, perlu dibicarakan dan diambil kesepakatan dari setiap anak, perihal kapan upacara tersebut akan dilakukan. Upacara baru dapat dilaksanakan, ketika telah dihasilkan kesepakatan bersama dari setiap anak dan semua anak berserta cucu-cucunya berkumpul di rumah orangtua. Pada hari pelaksanaan, semua keturunan dari orangtua ini akan memberikan suapan. Suapan dilakukan secara berurut, mulai dari anak laki-laki paling tua beserta isterinya sampai kepada anak laki-laki paling muda beserta isterinya, dilanjutkan dengan cucu tertua dari anak laki-laki paling tua sampai cucu termuda dari anak laki-laki paling muda, dilanjutkan lagi dengan anak perempuan paling tua beserta suami sampai anak perempuan paling muda, dan terakhir dilanjutkan dengan cucu tertua dari anak perempuan paling tua sampai cucu terakhir dari anak perempuan yang paling muda. Setiap anak akan menyuapi makanan kepada orangtua tersebut sebanyak tiga kali dengan diiringi kata-kata kasih sayang. Terkadang, dalam pelaksanaan upacara ini, digandengkan pula dengan pembagian harta warisan secara paruma tano, paruma gogo (artinya: harta warisan sudah dibagi, tetapi hasilnya masih tetap di tangan orang tua semasa hidupnya) dari orang tua kepada anak-anaknya. Biasanya, khusus untuk hal ini, acara pembagian warisan tersebut dilakukan terlebih dahulu secara intern dengan wasiat tertulis, dan hanya dihadiri oleh kerabat dekat sebagai saksi sebelum upacara manulangi natua-tua dilaksanakan.
Upacara Manulangi Natua-Tua, yang dilakukan dengan memberi makanan, yang masih bisa dinikmati dengan enak dan puas kepada sang orangtua, dimaksudkan sebagai upaya memberi dorongan moral bagi orangtua yang sudah cukup tua. Upacara ini dapat juga dimaksudkan agar penyakit dan bencana menjauh dari orangtua. Bagi para anak dan cucu, upacara ini menjadi kesempatan, yang mana mereka dapat menikmati berkat yang terpancar dari sang orangtua.
Referensi:http://id.wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar